RUSA TIMOR ( Cervus
timorensis )
klasifikasi rusa timor adalah sebagai
berikut:
Phyllum : Vertebrata
Sub phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Rusa merupakan salah sumber daya
genetic yang ada di Negara Indonesia. Terdapat empat spesies rusa endemic
di Inonesia yaitu : rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus
timorensis), rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak (Muntiacus
muntjak). Pada awalnya rusa merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah
telah menetapkan status rusa sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi
melalui SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei
1990.
Rusa timor merupakan salah satu rusa
asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang
mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan
Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB).
Rusa timor sering juga disebut
sebagai rusa jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan
seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan
dalam bahasa latin (ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825),
Cervus lepidus (Sundevall, 1846), Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard,
1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825),
Cervus russa(Muller & Schlegel,
1845), Cervus tavistocki (Lydekker,
1900), Cervus timorensis(Blainville,
1822), dan Cervus tunjuc (Horsfield,
1830).
Keadaan Morfologi Umum Rusa Timor
Rusa timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua
kemerahan dan yang jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut
lebih terang dari pada di bagian punggungnya.
Tinggi bahu rusa betina dewasa 100 cm,
sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala
kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot badannya dapat
mencapai 100 kg.
Rusa jantan dewasa memiliki ranggah atau tanduk
yang bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing , kasar dan beralur
memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 –
90 cm, tapi ada yang mencapai 111,5 cm.
Pada musim kawin, perilaku rusa banyak mengalami
perubahan. Pada awal musim kawin, rusa menjadi gelisah dan peka terhadap
kedatangan mahluk asing di lingkungannya. Rusa jantan lebih peka terhadap
kedatangan pejantan lain dan menantang pejantan lain untuk berkelahi dalam
rangka memperebutkan atau mempertahankan betina. Meskipun hidup bersama dalam
satu kelompok, setiap rusa mengikuti siklus seksualnya masing-masing.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, terdapat kaitan erat antara musim birahi
dengan terlepasnya tanduk-tanduk/ranggah rusa.
Rusa betina pada musim kawin akan mondar-mandir
dari daerah teritori pejantan satu ke daerah teritori pejantan yang lain untuk
memilih pejantan, dan akhirnya menetap pada daerah teritori pejantan yang
dipilihnya sampai terjadi perkawinan. Pada umumnya kopulasi terjadi pada malam
hari.
Masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun, rusa
dapat bertahan hidup antara umur 15- 20 tahun. Anak rusa umur 4 bulan dapat
mencapai bobot badan 17,35 kg untuk jantan dan 16,15 kg betina. Pada umur
satu sampai dua tahun rusa sudah bereproduksi, dengan lama bunting antara 7,5
bulan sampai 8,3 bulan. Bila ditangani secara intensif, satu bulan setelah
melahirkan rusa sudah dapat bunting lagi terutama bila dilakukan penyapihan
dini dengan anak yang dilahirkan, umur sapih anak rusa secara alami yaitu 4
bulan. Setiap tahun rusa dapat menghasilkan anak, biasanya anak yang dilahirkan
hanya satu ekor.
Sifat Kualitatif Rusa Timor
Sifat kualitatif lebih banyak diatur atau ditentukan oleh genotype
individu. Pada rusa timor sifat kualitatif yang dapat dilihat dengan
jelas adalah warna bulu, warna kulit, pola warna, bentuk kepala, bentuk badan
dan bentuk tanduk.
Warna kulit rusa timor coklat kemerah-merahan sampai coklat gelap. Warna di bagian perut lebih
terang dari pada di bagian punggungnya. Bila dibandingkan denga warna rusa sambar yang coklat
kehitaman. Bentuk kepala lebih cekung dibandingkan dengan rusa
sambar. Bentuk badan dan tanduk lebih kecil daripada rusa sambar
Berdasarkan penelitian Thohari et al. (1993), dari hasil
analisis polimorfisme protein darah yaitu pada lokus transferin,post albumin
dan haemoglobin dapat digunakan sebagai indicator mengidentifikasi perbedaan
genetic diantara rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean. Lokus
post albumin dianggap dapat dijadikan sebagai gen penanda untuk
mengidentifikasi karakteristik ketiga jenis rusa tersebut.
Perkembangan ukuran tanduk dapat digunakan untuk menduga umur rusa .
Tanduk pertama kali tumbuh pada umur kira-kira 1 tahun yang terdiri atas tanduk
tunggal. Tanduk rusa timor besar, langsing dan panjang. Velvet dan tanduk
rusa timor merupakan salah satu sifat kualitatif yang mempunyai nilai ekonomik
tinggi.
Table 1 : Perkembangan Tanduk Rusa Jantan
Umur
(bulan)
|
Keadaan
|
4
– 6
7
– 9
13
– 15
24
30
84
108
|
Mulai
nampak ada yang menonjol
Tanduk
tumbuh/muncul ke luar
Tanduk
tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm)
Tanduk
mempunyai 2 cabang
Tanduk
mempunyai 3 cabang
Perkembangan
tanduk sempurna (panjang 80 – 90 cm)
Jarak
diantara cabang tanduk bertambah lebar
|
Sifat Kuantitatif Rusa Timor
Sifat-sifat kuantitatif yang dapat diukur pada rusa timor antara lain
panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang
kepala, panjang ekor dan lainnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
lingkar dada, tinggi pinggul, panjang badan dan tinggi badan memberikan
kontribusi pada ukuran tubuh rusa. Secara umum dari hasil pengukuran
tubuh terhadap rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean menunjukkan bahwa rusa
sambar relative lebih besar dari rusa timor kemudian rusa bawean (Thohari et al., 1993). Tubuh rusa
jantan lebih besar dibandingkan dengan tubuh rusa betina.
Semakin tinggi panjang pinggul dan panjang femur maka skor bentuk tubuh
yang diperoleh semakin tinggi. Hal yang sangat mempengaruhi keadaan sifat
kuantitatif rusa disini adalah keadaan lingkungan. Keadaan morfologi rusa
sangat dipengaruh oleh keadaan atau habitat dimana dia tinggal.
Daging rusa (venison) mempunyai persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan
domba 43 %). Komposis energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 %
(sapi 33 % dan domba 35-47 %), energi daging mencapai 628 jouls / 100 g.
Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 %
dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga
tinggi).
Tingkah Laku Rusa Timor ( Cervus
Timorensis )
Tingkah laku hewan adalah ekspresi
suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari lingkungannya . Untuk
praktisnya, tingkah laku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organisme.
Sehingga perilaku merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak
menjadi tidak bergerak sama sekali atau membeku, dan perilaku hewan merupakan
gerak-gerik hewan sebagai respon terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan
memanfaatkan kondisi lingkungannya.
Berbagai macam tingkah laku rusa
timor yang telah diamati oleh peneliti-peneliti, baik tingkah laku harian
maupun tingkah laku reproduksi. Tingkah laku seksual pada hewan, yang tidak
saling memilih pasangannya, akan menguntungkan proses domestikasi suatu jenis,
juga akan menguntungkan program pemuliaan yang menggunakan beberapa
keturunannya yang terbatas. Jantan ruminansia akan agresif selama musim kawin.
Sifat jantan untuk mengawini betina dan keberhasilan terjadinya perkawinan,
tergantung pada: a) tingkat agresifitas yang terjadi pada jantan, b) daya tarik
yang terjadi di antara jantan dan betina yang sedang berahi, c) tahapan
interaksi tingkah laku sebagai hasil dari kesediaan betina untuk kawin (mating)
yang ditunjukkan dengan posisi tubuhnya untuk dapat dikawini dan d) reaksi
pejantan untuk menaiki betina untuk copulas.
Tingkah laku reproduksi sangat
penting diketahui agar dapat mengembang serta meningkatkan produktifitas
populasi rusa timor. Rusa timor memiliki tingkah laku memilih shelter (tempat
berlindung) yang memiliki ketersediaan sumber pakan dan minum,serta tersedianya
naungan yang jauh dari gangguan manusia. Rusa timor memiliki kebiasaan hidup
berkelompok. Kebiasaan lain dari rusa timor ini adalah membuang kotoran (feses)
bersamaan dengan mengkonsumsi pakan.Untuk tingkah laku reproduksi rusa timor
dimulai dari mating ratio, jumlah rusa timor pejantan tiap kelompok berjumlah 1
: 5 dan memiliki sifat superior pejantan yang menjadi pemimpin dalam kelompok.
Tingkah laku reproduksi pada betina diawali dengan tingkah laku berahi. Saat
rusa timor betina berahi lebih sering menyendiri, nafsu makan menurun, dan
relatif diam saat didekati pejantan. Berahi rusa timor dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Musim hujan dengan pakan yang melimpah akan meningkatkan kuantitas
dan kualitas berahi betina.
Berbeda dengan betina, tingkah laku
reproduksi pejantan apabila sedang libido, pejantan mengitari rombongan betina
untuk mencari betina yang sedang berahi, apabila pada saat tersebut ada lebih
dari satu pejantan yang libido, maka akan terjadi pertarungan. Hal ini
dibuktikan oleh peneliti Daud Samsudewa,2006, bahwa ditemukan beberapa potongan
tanduk dishelter rusa, sebagai bukti telah terjadinya pertarungan antar sesama
pejantan. Libido rusa timor (Cervus
timorensis) jantan dipengaruhi oleh ukuran tanduk. Jika pejantan dalam
kondisi tanggalnya ranggah, maka pejantan tidak berani mendekati betina rusa
timor (Cervus timorensis). Tanggalnya
ranggah menyebabkan penurunan libido jantan pada rusa timor (Cervus timorensis).
Tingkah Laku Bercumbu
Rusa timor (Cervus timorensis), baik
pejantan maupun betina sebelum terjadinya perkawinan, rusa timor betina dan
pejantan memiliki tingkah laku percumbuan. Tingkah laku percumbuan terdiri dari
Snifing (berteriak memanggil pasangan), Flehmen(mengendus-endus), Kissing
(menciumi tubuh pasangan), kicking dan Nuding (menjilat dan menyepak pasangan).
Tingkah laku percumbuan tersebut dilakukan secara berurutan selama 30±8 menit,
7±1,5 menit, 3±0,8 menit, 1±0,1menit. Tahapan terakhir tingkah laku reproduksi
rusa timor (Cervus timorensis) tingkah laku coitus. Coitus pada rusa timor
diawali dari proses mounthing (pejantan menaiki betina), dilanjutkan dengan
penetrasi alat reproduksi jantan kealat reproduksi betina. Mounthing dilakukan
oleh pejantan rusa timor pada saat perkawinan dilakukan sebanyak tiga kali
sebelum terjadi coitus.
Pada pejantan, tingkah laku
mencium/mengendus (Flehmen), dan menjilat (kicking) merupakan pola tingkah laku
reproduksi mencumbu yang paling sering dilakukan. Hal ini merupakan salah satu
fungsi yang sangat penting sebagai komunikasi secara kimiawi ( chemical
communication) melalui indra penciuman. Tingkah laku rusa timor betina pada
saat bercumbu dengan rusa jantan, lebih bersifat pasif, dalam arti kata
membiarkan dicumbu oleh rusa jantan, hal ini hanya terjadi pada saat fase
estrus. Namun sering juga sebaliknya, yang mencumbu yaitu rusa timor betina,
dengan cara menggesek-gesekan kepalanya pada leher rusa jantan, kemudian
menjilati bulu jantan disekitar perut yang menyebabkan penis jantan menjadi
ereksi. Ereksi pejantan ditandai dengan keluarnya gland penis dari preputium.
Tingkah Laku Reproduksi Saat kawin
Perkawinan terjadi setelah proses
mencumbu. Tingkah laku reproduksi pejantan saat kawin dengan usaha menaiki
(mounting) rusa timor betina, dengan cata menaiki punggung betina dari arah
samping dengan kaki depannya, dagunya diletakkan diatas punggung betina,
kemudian intromission dan akhirnya ejakulasi, yang berlangsung singkat antara
2-3 detik. Waktu yang diperlukan dari mulai menaiki betina sampai terjadinya
ejakulasi berlangsung selama 2-3 menit. Setelah ejakulasi rusa timor jantan
turun dari punggung betina.
Rusa timor (Cervus Timorensis) betina
siap untuk kawin ( mating), setelah terangsang seksual. Tingkah laku rusa
betina pada saat kawin yaitu dengan berdiri tegak, bagian belakang pantat agak
direndahkan, dan membiarkan dirinya dinaiki oleh pejantan. rusa betina yang
masih muda dan dalam keadaan berahi, umumnya agak ”takut” untuk dikawini rusa
pejantan. Hal ini dibuktikan pada saat jantan berusaha mendekat untuk mengawini
rusa betina muda, rusa betina sering kali berlari cepat bahkan seringkali
merebahkan dirinya ketanah, kemudian rusa jantan akan mendorongnya untuk
bangun. Sedangkan rusa betina dewasa dan telah beranak, pada umumnya lebih
tenang menghadapi rusa jantan. Rusa betina muda memiliki pola kurang sempurna,
pada respon perkawinan dan tidak mencari pejantan
Hal lain yang perlu diketahui
mengenai tingkah laku rusa timor selain tingkah laku reproduksinya adalah
tingkah laku keseharian rusa timor (Cervus
timorensis). Adapun tingkah laku
harian rusa meliputi, tingkah laku makan dan minum (Ingesti), investigative,
grooming (membersihkan diri), bergerak (movement) serta tingkah laku sosial.
Tingkah Laku Makan (Ingestive)
Secara umum baik rusa timor jantan
maupun betina melakukan aktivitas ingestive (makan-minum) lebih banyak pada
pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari lebih banyak waktu digunakan
untuk istirahat. Secara relatif ada perbedaan alokasi waktu yang digunakan
untuk aktivitas harian diantara rusa jantan dan betina. Untuk aktivitas makan,
terlihat rusa betina relatif menggunakan waktu lebih lama dibanding rusa jantan
baik pagi maupun sore hari, begitu pula untuk aktivitas lainnya.
Pada waktu merumput ini rusa akan
lebih memilih hijauan yang paling disukai disekitar areal tempat habitat rusa
sampai batas tertentu, kemudian akan kembali ketempat semula memilih jenis
hijauan lainya. Rusa timor menyukai hijauan berdaun lunak dan basah serta
bagian yang muda seperti jenis legum dan rumput-rumputan. Saat merumput
terdapat rusa yang menjadi ketua rombongan yaitu betina tua. Hal ini
dikarenakan rusa betian lebih tanggap dalam memilih rumput. Betina juga lebih
tanggap terhadap bahaya luar dengan memberi tanda atau isyarat kepada
anggotanya dengan mengeluarkan suara atau berhenti sejenak merumput. Jika telah
aman betina akan menuntun kembali dalam merumput.
Tingkah Laku Sosial
Pada kondisi alam rusa timor
merupakan hewan yang hidup berkelompok, aktif pada siang dan malam hari. Jumlah
kelompok rusa dapat mencapai ratusan ekor apabila musim kawin. Rusa timor sangat
sensitive pada keadaan. Tingkah laku investigative merupakan tingkah laku
waspada terhadap gangguan yang mencurigakan, ditandai dengan menegakkan kepala
tanpa bersuara serta memandang lurus kesatu arah yang dianggap berbahaya. Rusa
betina lebih tanggap terhadap bahaya dan memberikan isyarat pada lainnya .
Tingkah laku sosial rusa timor lainnya adalah sulitnya mendekati rusa jantan
apabila ranggah sudah matang. Dalam hal ini rusa jantan menjadi lebih galak dan
liar, jika didekati selalu ingin menyerang. Pada musim kawin rusa liar akan
bergabung dengan rusa yang dipelihara. Rusa jantan akan beriringan dengan
betina serta mengelilingi betina. Untuk mendapatkan betina, rusa jantan
berkelahi sampai muncul pemenang, dan yang lemah akan tersingkir. Perkelahian
berlangsung 3 jam, tergantung banyaknya saingan. Setelah perkawinan selesai,
maka rusa-rusa tersebut akan berkumpul dan bermain seperti semula.
Tingkah Laku Harian Lainnya
Aktivitas istirahat biasanya
dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan, yang dilakukan
dengan berbaring di bawah pohon, semak atau hutan sambil memamahbiak. Aktivitas
ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar matahari
pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Aktivitas bergerak
(movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat
lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari
makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman akibat ada
gangguan. Aktivitas membersihkan diri (grooming) biasanya dilakukan antar induk
betina dengan anak rusa, antara jantan dengan betina atau bahkan dilakukannya
sendiri disela-sela aktivitas makan dan istirahat. Grooming biasa dilakukan
rusa dengan cara menjilat-jilat bagian tubuhnya untuk menghilangkan kotoran
yang melekat di bagian tubuhnya.
Habitat dan Persebaran
Rusa timor diperkirakan berasal dari
pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius,
Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Habitat rusa timor berupa hutan, dataran terbuka
serta padang rumput pada
daerah beriklim tropis dan subtropis dan savanna. namun binatang ini mampu beradaptasi
di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa timor diketemukan di
dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat
PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari
makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat
berlindung. Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa
timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh
kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum
spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain,
karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil.
Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan
baik di daerah-daerah meskipun bukan habitat aslinya.
Status Konservasi dan Perlindungan
Rusa (Cervus spp) merupakan hewan yang dilindungi menurut
undang-undang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar tahun 1931 No.
134 dan 266. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu rumpun ternak
maka sebelumnya telah terbit UU RI Nomor 6 Tahun 1967 pada pasal 13.
Selanjutnya SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei
1990, memasukkan rusa ke dalam kelompok aneka ternak yang dapat dibudidayakan
seperti ternak lainnya, termasuk di dalamnya mengatur tentang peraturan ijin
usaha. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan
semua jenis dan genus Cervus kedalam Lampiran Jenis-jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi. Selain itu Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam
punah dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaanya harus dijaga dan
tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjual belikan
dagingnya.
Dalam kaitannya sebagai satwa liar, rusa timor keberadaanya juga diatur
dalam UU RI nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Peraturan Menteri Pertanian nomor 35/Permentan/OT.140/8/2006
tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak.
Dan yang terakhir sebagai pengganti UU RI nomor 6 Tahun 1967, adalah
dikeluarkannya UU RI nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Pada bab III, pasal 9 ayat 3 tentang Sumber daya genetic
asal satwa liar.
Konservasi
Populasi rusa timor secara
keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor dewasa. Berdasarkan
jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan dalam status
konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List.
Populasi rusa timor terbesar terdapat
di TN. Wasur, Papua dengan populasi sekitar 8.000 ekor (1992). Populasi di Jawa
justru megalami pengurangan yang sangat besar. Seperti di TN. Baluran sekitar
1.000 ekor (2008).
Ancaman utama terhadap rusa timor
berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya.
Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang
penggembalaan (padang rumput) di Taman Nasional yang menjadi habitat rusa
timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi menjadi
lahan pertanian dan pemikiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti penanaman
pohon
Pengelolahan satwa liar merupakan bagian dari upaya konservasi
satwaliar. Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan
pengelolaan yang baik agar usaha-usaha pemanfaatan hasil tersebut dapat tetap
berlangsung. Untuk menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara
optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran (konservasi
ex-situ) dengan sistim ranch. Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa
mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat
produksi dan reproduksi yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari pakan,
air, naungan (cover), dan ruang.
Usaha penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka
memanfaatkan satwa liar secara optimal berazaskan kelestarian, karena dalam
penangkaran kehidupan satwa liar dikendalikan sebaik mungkin.
Subspesies Rusa Timor
Whitehead (Schroder dalam Nugroho,
1992; Semiadi, 2002) membagi jenis rusa timor (Cervus timorensis)
menjadi 8 subspesies (anak jenis), yaitu:
1.
Cervus timorensis russa
(Mul.&Schl., 1844) biasa ditemukan di Pulau Jawa
2.
Cervus timorensis
florensis (Heude, 1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau
Flores
3.
Cervus timorensis
timorensis (Martens, 1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P.
Semau, P. Kambing, P. Alor, dan P. Pantai
4.
Cervus timorensis
djonga (Bemmel, 1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton
5.
Cervus timorensis
molucensis (Q.&G.,1896) biasa ditemukan Kep. Maluku, P.
Halmahera, P. Banda, dan P. Seram
6.
Cervus timorensis
macassaricus (Heude, 1896) biasa ditemukan P.
Sulawesi
7.
Cervus timorensis
renschi (Sody, 1933)
8.
Cervus timorensis
laronesietes (Bemmel, 1949)