Senin, 15 April 2013

RUSA TIMOR ( Cervus timorensis )


RUSA TIMOR ( Cervus timorensis )

klasifikasi rusa timor adalah sebagai berikut:
Phyllum : Vertebrata
Sub phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)

Rusa merupakan salah sumber daya genetic yang ada di Negara Indonesia.  Terdapat empat spesies rusa endemic di Inonesia yaitu : rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus timorensis), rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak (Muntiacus muntjak). Pada awalnya rusa merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan status rusa sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990. 
Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rusa timor sering juga disebut sebagai rusa jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825), Cervus lepidus (Sundevall, 1846), Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825), Cervus russa(Muller & Schlegel, 1845), Cervus tavistocki (Lydekker, 1900), Cervus timorensis(Blainville, 1822), dan Cervus tunjuc (Horsfield, 1830).


Keadaan Morfologi Umum Rusa Timor
Rusa timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dan  yang jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya.
Tinggi bahu rusa betina dewasa  100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot badannya dapat mencapai 100 kg. 
Rusa jantan dewasa memiliki ranggah atau tanduk yang bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing , kasar dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 – 90 cm, tapi ada yang mencapai 111,5  cm.
Pada musim kawin, perilaku rusa banyak mengalami perubahan. Pada awal musim kawin, rusa menjadi gelisah dan peka terhadap kedatangan mahluk asing di lingkungannya.  Rusa jantan lebih peka terhadap kedatangan pejantan lain dan menantang pejantan lain untuk berkelahi dalam rangka memperebutkan atau mempertahankan betina. Meskipun hidup bersama dalam satu kelompok, setiap rusa mengikuti siklus seksualnya masing-masing.  Berdasarkan beberapa hasil penelitian, terdapat kaitan erat antara musim birahi dengan terlepasnya tanduk-tanduk/ranggah rusa. 
Rusa betina pada musim kawin akan mondar-mandir dari daerah teritori pejantan satu ke daerah teritori pejantan yang lain untuk memilih pejantan, dan akhirnya menetap pada daerah teritori pejantan  yang dipilihnya sampai terjadi perkawinan. Pada umumnya kopulasi terjadi pada malam hari.
Masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun, rusa dapat bertahan hidup antara umur 15- 20 tahun. Anak rusa umur 4 bulan dapat mencapai bobot badan 17,35 kg untuk jantan dan 16,15 kg betina.  Pada umur satu sampai dua tahun rusa sudah bereproduksi, dengan lama bunting antara 7,5 bulan sampai 8,3 bulan. Bila ditangani secara intensif, satu bulan setelah melahirkan rusa sudah dapat bunting lagi terutama bila dilakukan penyapihan dini dengan anak yang dilahirkan, umur sapih anak rusa secara alami yaitu 4 bulan. Setiap tahun rusa dapat menghasilkan anak, biasanya anak yang dilahirkan hanya satu ekor.

Sifat Kualitatif Rusa Timor
Sifat kualitatif lebih banyak diatur atau ditentukan oleh genotype individu.  Pada rusa timor sifat kualitatif yang dapat dilihat dengan jelas adalah warna bulu, warna kulit, pola warna, bentuk kepala, bentuk badan dan bentuk tanduk.   
Warna kulit rusa timor coklat kemerah-merahan sampai coklat gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya.   Bila dibandingkan denga warna rusa sambar yang coklat kehitaman.  Bentuk kepala lebih cekung dibandingkan dengan rusa sambar.  Bentuk badan dan tanduk lebih kecil daripada rusa sambar
Berdasarkan penelitian Thohari et al. (1993),  dari hasil analisis polimorfisme protein darah yaitu pada lokus transferin,post albumin dan haemoglobin dapat digunakan sebagai indicator mengidentifikasi perbedaan genetic diantara rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean.   Lokus post albumin dianggap dapat dijadikan sebagai gen penanda untuk mengidentifikasi karakteristik ketiga jenis rusa tersebut.
Perkembangan ukuran tanduk dapat digunakan untuk menduga umur rusa . Tanduk pertama kali tumbuh pada umur kira-kira 1 tahun yang terdiri atas tanduk tunggal. Tanduk rusa timor besar, langsing dan panjang.  Velvet dan tanduk rusa timor merupakan salah satu sifat kualitatif yang mempunyai nilai ekonomik tinggi. 

Table 1 : Perkembangan Tanduk Rusa Jantan
Umur (bulan)
Keadaan
4 – 6
7 – 9
13 – 15
24
30
84
108
Mulai nampak ada yang menonjol
Tanduk tumbuh/muncul ke luar
Tanduk tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm)
Tanduk mempunyai 2 cabang
Tanduk mempunyai 3 cabang
Perkembangan tanduk sempurna (panjang 80 – 90 cm)
Jarak diantara cabang tanduk bertambah lebar


Sifat Kuantitatif Rusa Timor
Sifat-sifat kuantitatif yang dapat diukur pada rusa timor antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang kepala, panjang ekor dan lainnya.  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar dada, tinggi pinggul, panjang badan dan  tinggi badan memberikan kontribusi pada ukuran tubuh rusa.  Secara umum dari hasil pengukuran tubuh terhadap rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean menunjukkan bahwa rusa sambar relative lebih besar dari rusa timor kemudian rusa bawean (Thohari et al., 1993).  Tubuh rusa jantan lebih besar dibandingkan dengan tubuh rusa betina.
Semakin tinggi panjang pinggul dan panjang femur maka skor bentuk tubuh yang diperoleh semakin tinggi. Hal yang sangat mempengaruhi keadaan sifat kuantitatif rusa disini adalah keadaan lingkungan.  Keadaan morfologi rusa sangat dipengaruh oleh keadaan atau habitat dimana dia tinggal.
Daging rusa (venison) mempunyai persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba 35-47 %), energi daging mencapai 628 jouls / 100 g.  Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan  40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi).

Tingkah Laku Rusa Timor ( Cervus Timorensis )
Tingkah laku hewan adalah ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari lingkungannya . Untuk praktisnya, tingkah laku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organisme. Sehingga perilaku merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau membeku, dan perilaku hewan merupakan gerak-gerik hewan sebagai respon terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya.
Berbagai macam tingkah laku rusa timor yang telah diamati oleh peneliti-peneliti, baik tingkah laku harian maupun tingkah laku reproduksi. Tingkah laku seksual pada hewan, yang tidak saling memilih pasangannya, akan menguntungkan proses domestikasi suatu jenis, juga akan menguntungkan program pemuliaan yang menggunakan beberapa keturunannya yang terbatas. Jantan ruminansia akan agresif selama musim kawin. Sifat jantan untuk mengawini betina dan keberhasilan terjadinya perkawinan, tergantung pada: a) tingkat agresifitas yang terjadi pada jantan, b) daya tarik yang terjadi di antara jantan dan betina yang sedang berahi, c) tahapan interaksi tingkah laku sebagai hasil dari kesediaan betina untuk kawin (mating) yang ditunjukkan dengan posisi tubuhnya untuk dapat dikawini dan d) reaksi pejantan untuk menaiki betina untuk copulas.
Tingkah laku reproduksi sangat penting diketahui agar dapat mengembang serta meningkatkan produktifitas populasi rusa timor. Rusa timor memiliki tingkah laku memilih shelter (tempat berlindung) yang memiliki ketersediaan sumber pakan dan minum,serta tersedianya naungan yang jauh dari gangguan manusia. Rusa timor memiliki kebiasaan hidup berkelompok. Kebiasaan lain dari rusa timor ini adalah membuang kotoran (feses) bersamaan dengan mengkonsumsi pakan.Untuk tingkah laku reproduksi rusa timor dimulai dari mating ratio, jumlah rusa timor pejantan tiap kelompok berjumlah 1 : 5 dan memiliki sifat superior pejantan yang menjadi pemimpin dalam kelompok. Tingkah laku reproduksi pada betina diawali dengan tingkah laku berahi. Saat rusa timor betina berahi lebih sering menyendiri, nafsu makan menurun, dan relatif diam saat didekati pejantan. Berahi rusa timor dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Musim hujan dengan pakan yang melimpah akan meningkatkan kuantitas dan kualitas berahi betina.
Berbeda dengan betina, tingkah laku reproduksi pejantan apabila sedang libido, pejantan mengitari rombongan betina untuk mencari betina yang sedang berahi, apabila pada saat tersebut ada lebih dari satu pejantan yang libido, maka akan terjadi pertarungan. Hal ini dibuktikan oleh peneliti Daud Samsudewa,2006, bahwa ditemukan beberapa potongan tanduk dishelter rusa, sebagai bukti telah terjadinya pertarungan antar sesama pejantan. Libido rusa timor (Cervus timorensis) jantan dipengaruhi oleh ukuran tanduk. Jika pejantan dalam kondisi tanggalnya ranggah, maka pejantan tidak berani mendekati betina rusa timor (Cervus timorensis). Tanggalnya ranggah menyebabkan penurunan libido jantan pada rusa timor (Cervus timorensis).

Tingkah Laku Bercumbu
Rusa timor (Cervus timorensis), baik pejantan maupun betina sebelum terjadinya perkawinan, rusa timor betina dan pejantan memiliki tingkah laku percumbuan. Tingkah laku percumbuan terdiri dari Snifing (berteriak memanggil pasangan), Flehmen(mengendus-endus), Kissing (menciumi tubuh pasangan), kicking dan Nuding (menjilat dan menyepak pasangan). Tingkah laku percumbuan tersebut dilakukan secara berurutan selama 30±8 menit, 7±1,5 menit, 3±0,8 menit, 1±0,1menit. Tahapan terakhir tingkah laku reproduksi rusa timor (Cervus timorensis) tingkah laku coitus. Coitus pada rusa timor diawali dari proses mounthing (pejantan menaiki betina), dilanjutkan dengan penetrasi alat reproduksi jantan kealat reproduksi betina. Mounthing dilakukan oleh pejantan rusa timor pada saat perkawinan dilakukan sebanyak tiga kali sebelum terjadi coitus.
Pada pejantan, tingkah laku mencium/mengendus (Flehmen), dan menjilat (kicking) merupakan pola tingkah laku reproduksi mencumbu yang paling sering dilakukan. Hal ini merupakan salah satu fungsi yang sangat penting sebagai komunikasi secara kimiawi ( chemical communication) melalui indra penciuman. Tingkah laku rusa timor betina pada saat bercumbu dengan rusa jantan, lebih bersifat pasif, dalam arti kata membiarkan dicumbu oleh rusa jantan, hal ini hanya terjadi pada saat fase estrus. Namun sering juga sebaliknya, yang mencumbu yaitu rusa timor betina, dengan cara menggesek-gesekan kepalanya pada leher rusa jantan, kemudian menjilati bulu jantan disekitar perut yang menyebabkan penis jantan menjadi ereksi. Ereksi pejantan ditandai dengan keluarnya gland penis dari preputium.

Tingkah Laku Reproduksi Saat kawin
Perkawinan terjadi setelah proses mencumbu. Tingkah laku reproduksi pejantan saat kawin dengan usaha menaiki (mounting) rusa timor betina, dengan cata menaiki punggung betina dari arah samping dengan kaki depannya, dagunya diletakkan diatas punggung betina, kemudian intromission dan akhirnya ejakulasi, yang berlangsung singkat antara 2-3 detik. Waktu yang diperlukan dari mulai menaiki betina sampai terjadinya ejakulasi berlangsung selama 2-3 menit. Setelah ejakulasi rusa timor jantan turun dari punggung betina.
Rusa timor (Cervus Timorensis) betina siap untuk kawin ( mating), setelah terangsang seksual. Tingkah laku rusa betina pada saat kawin yaitu dengan berdiri tegak, bagian belakang pantat agak direndahkan, dan membiarkan dirinya dinaiki oleh pejantan. rusa betina yang masih muda dan dalam keadaan berahi, umumnya agak ”takut” untuk dikawini rusa pejantan. Hal ini dibuktikan pada saat jantan berusaha mendekat untuk mengawini rusa betina muda, rusa betina sering kali berlari cepat bahkan seringkali merebahkan dirinya ketanah, kemudian rusa jantan akan mendorongnya untuk bangun. Sedangkan rusa betina dewasa dan telah beranak, pada umumnya lebih tenang menghadapi rusa jantan. Rusa betina muda memiliki pola kurang sempurna, pada respon perkawinan dan tidak mencari pejantan
Hal lain yang perlu diketahui mengenai tingkah laku rusa timor selain tingkah laku reproduksinya adalah tingkah laku keseharian rusa timor (Cervus timorensis). Adapun tingkah laku harian rusa meliputi, tingkah laku makan dan minum (Ingesti), investigative, grooming (membersihkan diri), bergerak (movement) serta tingkah laku sosial.

Tingkah Laku Makan (Ingestive)
Secara umum baik rusa timor jantan maupun betina melakukan aktivitas ingestive (makan-minum) lebih banyak pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari lebih banyak waktu digunakan untuk istirahat. Secara relatif ada perbedaan alokasi waktu yang digunakan untuk aktivitas harian diantara rusa jantan dan betina. Untuk aktivitas makan, terlihat rusa betina relatif menggunakan waktu lebih lama dibanding rusa jantan baik pagi maupun sore hari, begitu pula untuk aktivitas lainnya.
Pada waktu merumput ini rusa akan lebih memilih hijauan yang paling disukai disekitar areal tempat habitat rusa sampai batas tertentu, kemudian akan kembali ketempat semula memilih jenis hijauan lainya. Rusa timor menyukai hijauan berdaun lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis legum dan rumput-rumputan. Saat merumput terdapat rusa yang menjadi ketua rombongan yaitu betina tua. Hal ini dikarenakan rusa betian lebih tanggap dalam memilih rumput. Betina juga lebih tanggap terhadap bahaya luar dengan memberi tanda atau isyarat kepada anggotanya dengan mengeluarkan suara atau berhenti sejenak merumput. Jika telah aman betina akan menuntun kembali dalam merumput.

Tingkah Laku Sosial
Pada kondisi alam rusa timor merupakan hewan yang hidup berkelompok, aktif pada siang dan malam hari. Jumlah kelompok rusa dapat mencapai ratusan ekor apabila musim kawin. Rusa timor sangat sensitive pada keadaan. Tingkah laku investigative merupakan tingkah laku waspada terhadap gangguan yang mencurigakan, ditandai dengan menegakkan kepala tanpa bersuara serta memandang lurus kesatu arah yang dianggap berbahaya. Rusa betina lebih tanggap terhadap bahaya dan memberikan isyarat pada lainnya . Tingkah laku sosial rusa timor lainnya adalah sulitnya mendekati rusa jantan apabila ranggah sudah matang. Dalam hal ini rusa jantan menjadi lebih galak dan liar, jika didekati selalu ingin menyerang. Pada musim kawin rusa liar akan bergabung dengan rusa yang dipelihara. Rusa jantan akan beriringan dengan betina serta mengelilingi betina. Untuk mendapatkan betina, rusa jantan berkelahi sampai muncul pemenang, dan yang lemah akan tersingkir. Perkelahian berlangsung 3 jam, tergantung banyaknya saingan. Setelah perkawinan selesai, maka rusa-rusa tersebut akan berkumpul dan bermain seperti semula.


Tingkah Laku Harian Lainnya
Aktivitas istirahat biasanya dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan, yang dilakukan dengan berbaring di bawah pohon, semak atau hutan sambil memamahbiak. Aktivitas ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Aktivitas bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman akibat ada gangguan. Aktivitas membersihkan diri (grooming) biasanya dilakukan antar induk betina dengan anak rusa, antara jantan dengan betina atau bahkan dilakukannya sendiri disela-sela aktivitas makan dan istirahat. Grooming biasa dilakukan rusa dengan cara menjilat-jilat bagian tubuhnya untuk menghilangkan kotoran yang melekat di bagian tubuhnya.

Habitat dan Persebaran
Rusa timor diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Habitat rusa timor berupa hutan, dataran terbuka serta padang rumput pada daerah beriklim tropis dan subtropis dan savanna. namun binatang ini mampu beradaptasi di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa timor diketemukan di dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat berlindung.   Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil.  Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan habitat aslinya.

Status Konservasi dan Perlindungan
Rusa (Cervus spp) merupakan hewan yang dilindungi menurut undang-undang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar tahun 1931 No. 134 dan 266. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu rumpun ternak maka sebelumnya telah terbit UU RI Nomor 6 Tahun 1967 pada pasal 13. Selanjutnya SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990, memasukkan rusa ke dalam kelompok aneka ternak yang dapat dibudidayakan seperti ternak lainnya, termasuk di dalamnya mengatur tentang peraturan ijin usaha. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan semua jenis dan genus  Cervus kedalam Lampiran Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Selain itu Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam punah dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaanya harus dijaga dan tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjual belikan dagingnya.  
Dalam kaitannya sebagai satwa liar, rusa timor keberadaanya juga diatur dalam UU RI nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.  Peraturan Menteri Pertanian nomor 35/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak.  Dan yang terakhir sebagai pengganti UU RI nomor 6 Tahun 1967, adalah dikeluarkannya UU RI nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.  Pada  bab III, pasal 9 ayat 3 tentang Sumber daya genetic asal satwa liar.

Konservasi
Populasi rusa timor secara keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor dewasa. Berdasarkan jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan dalam status konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List.
Populasi rusa timor terbesar terdapat di TN. Wasur, Papua dengan populasi sekitar 8.000 ekor (1992). Populasi di Jawa justru megalami pengurangan yang sangat besar. Seperti di TN. Baluran sekitar 1.000 ekor (2008).
Ancaman utama terhadap rusa timor berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya. Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang penggembalaan (padang rumput) di Taman Nasional yang menjadi habitat rusa timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi menjadi lahan pertanian dan pemikiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti penanaman pohon
Pengelolahan satwa liar merupakan bagian dari upaya konservasi satwaliar.  Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan yang baik agar usaha-usaha pemanfaatan hasil tersebut dapat tetap berlangsung. Untuk menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran (konservasi ex-situ) dengan sistim ranch. Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan (cover), dan ruang.
Usaha penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka memanfaatkan satwa liar secara optimal berazaskan kelestarian, karena dalam penangkaran kehidupan satwa liar dikendalikan sebaik mungkin.

Subspesies Rusa Timor
Whitehead (Schroder dalam Nugroho, 1992; Semiadi, 2002) membagi jenis rusa timor (Cervus timorensis) menjadi 8 subspesies (anak jenis), yaitu:
1.      Cervus timorensis russa (Mul.&Schl., 1844) biasa ditemukan di Pulau Jawa
2.      Cervus timorensis florensis (Heude, 1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau Flores
3.      Cervus timorensis timorensis (Martens, 1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P. Semau, P. Kambing, P. Alor, dan P. Pantai
4.      Cervus timorensis djonga (Bemmel, 1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton
5.      Cervus timorensis molucensis (Q.&G.,1896) biasa ditemukan Kep. Maluku, P. Halmahera, P. Banda, dan P. Seram
6.      Cervus timorensis macassaricus (Heude, 1896) biasa ditemukan P. Sulawesi
7.      Cervus timorensis renschi (Sody, 1933)
8.      Cervus timorensis laronesietes (Bemmel, 1949)